Langsung ke konten utama

kepemimpinan




DEFENISI KEPEMIMPINAN
Menurut arti secara harfiah, pimpin berarti bimbing. Memimpin berarti membimbing atau menuntun. Pemimpin merupakan orang yang memimpin ataupun seorang yang menggunakan wewenang serta mengarahkan bawahannya guna mengerjakan pekerjaan mereka untuk mencapai tujuan tertentu dari organisasi. Lalu kepemimpinan itu sendiri memiliki beberapa definisi, dan definisi kepemimpinan itu di antaranya adalah:
  • Cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi perilaku bawahannya agar mau untuk bekerja sama serta bekerja secara produktif guna mencapai sebuah tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
  • Seni yang bertujuan mempengaruhi tingkah laku seorang manusia, serta kemampuan guna membimbing orang-orang yang berada di sekitarnya.
  • Seni untuk memberikan motivasi serta mengkoordinasi pada individu serta kelompok untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan bersama.
Kepemimpinan atau yang bisa disebut juga dengan leadership adalah sebuah ilmu terapan dari berbagai ilmu sosial, karena beberapa prinsip serta rumusannya diharapkan bisa mendatangkan banyak manfaat untuk kesejahteraan umat manusia. Masih ada banyak definisi kepemimpinan yang dinyatakan oleh para ahli menurut sudut pandang mereka masing-masing. Beberapa definisi dari kepemimpinan menurut para ahli tersebut adalah:
B.Defenisi menurut Para Ahli
Untuk lebih jelas nya berikut ini beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai definisi kepemimpinan :

1. George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2.
Ordway Tead (1929)
Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.

3. Rauch & Behling (1984)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

4. Katz & Kahn (1978)
Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.

5. Hemhill & Coon (1995)
Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).

6. William G.Scott (1962)
Kepemimpinan adalah sebagai proses mempengaruhi kegiatan yang diorganisir dalam kelompok di dalam usahanya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

7. Stephen J.Carrol & Henry L.Tosj (1977)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang-orang lain untuk melakukan apa yang kamu inginkan dari mereka untuk mengerjakannya.

8.
Dr. Thomas Gordon “ Group Centered Leadership”. A way of releasing creative power of groups.
Kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi antara seseorang dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan anggota-anggota kelompok setiap peserta didalam interaksi memainkan peranan dan dengan cara-cara tertentu peranan itu harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan yang lain. Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh, pemimpin mempengaruhi dan orang lain dipengaruhi.

9. Tannenbaum, Weschler,& Massarik (1961)
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.

10. P. Pigors (1935)
Kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong melalui keberhasilan interaksi dari perbedaan perbedaan individu, mengontrol daya manusia dalam mengejar tujuan bersama.

11. Kartini Kartono (1994 : 48)
Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi satu situasi khusus. Sebab dalam suatu kelompok yang melakukan aktivitas¬aktivitas tertentu, dan mempunyai suatu tujuan serta peralatan¬peralatan yang khusus. Pemimpin kelompok dengan ciri-ciri karakteristik itu merupakan fungsi dari situasi khusus.

12. G. U. Cleeton dan C.W Mason (1934)
Kepemimpinan menunjukan kemampuan mempengaruhi orang-orang dan mencapai hasil melalui himbauan emosional dan ini lebih baik dibandingkan dengan penggunaan kekuasaan.

13. Locke & Associates (1997)
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses membujuk (inducing) orang-orang lain untuk mengambil langkah menuju sasaran bersama .

14. John W. Gardner (1990)
Kepimpinan sebagai proses Pemujukan di mana individu-individu meransang kumpulannya meneruskan objektif yang ditetapkan oleh pemimpin dan dikongsi bersama oleh pemimpin dan pengikutnya.

15. Theo Haiman & William G.Scott (1974)
Kepemimpinan adalah proses orang-orang diarahkan ,dipimpin, dan dipengaruhi dalam pemilihan dan pencapaian tujuan.

16. Duben (1954)
Kepemimpinan adalah aktifitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan.

17. F.A.Nigro(1965)
Inti kepemimpinan adalah mempengaruhi kegiatan orang-orang lain.

18. Reed (1976)
Kepimpinan adalah cara mempengaruhi tingkah laku manusia supaya perjuangan itu dapat dilaksanakan mengikut kehendak pemimpin.

19. G.L.Feman & E.K.aylor (1950)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok mencapai tujuan organisasi dengan efektifitas maksimum dan kerjasama dari tiap-tiap individu.

20. James M. Black (1961)
Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya bekerjasama dibawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan tertentu.

21. Harold Koontz (1989)
Pengaruh, seni,atau proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusiasme.

22. R.K. Merton “ The Social Nature of Leadership”, American Journal of Nuns, 1969.
Kepemimpinan sebagai suatu hubungan antar pribadi dalam mana pihak lain mengadakan penyesuaian karena mereka berkeinginan untuk itu, bukannya karena mereka harus berbuat demikian.

23. P. Pigors “Ledearship and Domination”
Kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong yang mengontrol daya manusia dalam mengejar tujuan bersama, melalui interaksi yang berhasil dari perbedaan-perbedaan individual.

24. Keth Davis “Human Relations at Work”
Kepemimpinan sebagai faktor manusiawi yang mengikat suatu kelompok menjadi satu dengan memotivasinya kearah tujuan-tujuan.

25. Ordway Tead “ The Technigue of Creative Leadershif in Human Nature and Management”.
Kepemimpinan sebagai kombinasi perangai-perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong orang-orang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu.

26. E.S. Bogardus “Leader and Leadership”.
Kepemimpinan sebagai kepribadian yang beraksi dalam kondisi-kondisi kelompok.
Tidak saja kepemimpinan itu suatu kepribadian dan suatu gejala kelompok; ia juga merupakan suatu proses sosial yang melibatkan sejumlah orang dalam kontak mental dalam mana seseorang mendominasi orang-orang lain.

27. F.I. Munson “ The Management of Man”.
Kepemimpinan sebagai kemampuan/kesanggupan untuk menangani atau menggarap orang-orang sedemikian rupa untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan sekecilnya mungkin pergesekan dan sebesar-besarnya (sebesar mungkin) kerja sama.

28. C.M. Bundel “Is Leadership losing its importance ?”
Kepemimpinan seorang seni mendorong/mempengaruhi orang-orang lain untuk mengerjakan apa yang dikehendaki seseorang pemimpin untuk dikerjakannya.

29. W.G. Bennis “Leadership Theory and Administration Behavior”
Kepemimpinan sebagai proses dengan mana pemimpin mendorong, mempengaruhi bawahan untuk berprilaku seperti yang dikehendaki.

30. J.B. NASH “Leadership”
Kepemimpinan mencakup kegiatan mempengaruhi perubahan dalam perbuatan orang-orang.

31. Ordway Tead “ The Art of Leadership”
Kepemimpinan sebagai kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki.

32. H.H. Jennings “Leadership – a dynamic redefinition”, Journal Education School, 1944.
Kepemimpinan muncul sebagai suatu hasil interaksi yang melibatkan prilaku yang memuat seseorang terangkat keperanan sebagai pemimpin oleh individu-individu lain.

33. J.K. Hemphill
-
Dalam “ The Leader and his Group”.
Kepemimpinan adalah perilaku seorang individu sementara ia terlibat dalam pengerahan kegiatan-kegiatan kelompok.

- Dalam “ A Propossed Theory of leadership in small groups; Technical report”.
Memimpin berarti terlibat dalam suatu tindakan memulai pembentukan struktur dalam interaksi sebagai bagian dari proses pemecahan masalah-masalah bersama.

34. R. C. Davis “ The Fundamentals of Top Management”
Kepemimpinan sebagai kekuatan dinamika yang pokok yang mendorong memotivasi, dan mengkoordinasikan organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuannya.

35. C. Schenk “Leadership” : Infantry Journal. 1928.
Kepemimpinan adalah manajemen mengenal manusia dengan jalan persuasi dan inspirasi dan bukannya dengan pengarahan atau semacamnya, atau ancaman, paksaan yang terselubung.

36. C.V. Cleeton & C.W. Mason “Executive Ability its Discovery and Development"
Kepemimpinan menunjukkan kemampuan mempengaruhi orang-orang dalam mencapai hasil-hasil melalui himbauan emosional dan bukannya melalui penggunaan kekerasan/wewenang.

37. N. Copeland “Psychology and the Soldier”
Kepemimpinan adalah seni perlakuan terhadap manusia. Ini adalah seni mempengaruhi sejumlah orang dengan persuasi atau dengan teladan untuk mengikuti serangkaian tindakan.

38. H. Kootz & O’ Donnel “ Principles of Management”
Kepemimpinan adalah kegiatan mempersuasi orang-orang untuk bekerjasama dalam pencapaian suatu tujuan bersama.

39. C. K. Warriner “ Leadership in the small Group”, American Journal Soc, 1955
Kepemimpinan sebagai suatu bentuk hubungan diantara orang-orang, dimana mengharuskan seseorang atau lebih bertindak sesuai dengan permintaan pihak lain.

40. H. Gerth & C.W. Mills “Character and Social Structure”
Kepemimpinan dalam arti luas adalah suatu hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin dalam mana pemimpin lebih banyak mempengaruhi dari pada dipengaruhi; disebabkan karena pemimpin menghendaki yang dipimpin berbuat seperti dia dan tidak berbuat lain yang dimaui sendiri.

41. R. M. Bellows “Creative Leadership”
Kepemimpinan sebagai proses pengaturan suatu situasi sedemikian rupa, sehingga anggota-anggota kelompok termasuk si pemimpin, dapat mencapai tujuan bersama dengan hasil maksimum dan dengan waktu dan kerja minimum.

42. Ralp M. Stogdill (1950)
Is the process of influencing group activities toward goal setting and goal achievement (proses mempengaruhi kegiatan kelompok, menuju kearah penentuan tujuan dan mencapai tujuan).

- Dalam “Individual Behavior and Group Achievement”
Kepemimpinan adalah permulaan pembentukan struktur dan memeliharanya dalam harapan dan interaksi.

- Dalam “A Handbook of Leadership” yang dikutip oleh Prof. Drs. S. Pamuji, MPA,
a. Leadership As A Focus Of Group Process
(Kepemimpinan sebagai titik pusat proses kelompok)
b. Leadership As Personality And Its Effects
(Kepemimpinan sebagai kepribadian seseorang yang memiliki sejumlah perangai (Traits) dan watak (Character) yang memadai dari suatu kepribadian)
c. Leadership As The Art Of Inducing Comliance
(Kepemimpinan sebagai seni untuk menciptakan kesesuaian paham, kesepakatan)
d. Leadership As The Exercise Of Its Influence
(Kepemimpinan sebagai pelaksanaan pengaruh)
e. Leadership As Act Or Behavior
(Kepemimpinan sebagai tindakan atau prilaku)
f. Leadership As A From Of Persuasion
(Kepemimpinan adalah bentuk persuasi)
g. Leadership As A Power Relation
(Kepemimpinan sebagai suatu hubungan kekuasaan/kekuatan)
h. Leadership Is An Instrumental Of Goal Achievement
(Kepemimpinan adalah sarana pencapaian tujuan)
i. Leadership As An Effect Of Interaction
(Kepemimpinan adalah suatu hasil dari interaksi)
j. Leadership As A Deferentiated Role
(Kepemimpinan adalah peranan yang dipilahkan)
k. Leadership As The Initiation Of Structur
(Kepemimpinan sebagai awal dari pada struktur)
Nah, dari berbagai definisi yang sudah dikemukakan di atas bisa disimpulkan bahwa leadership atau kepemimpinan itu adalah sebuah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, kelompok dan bawahan, kemampuan untuk mengarahkan tingkah laku orang lain, mempunyai kemampuan ataupun keahlian khusus di dalam bidang yang diharapkan oleh kelompoknya, guna mencapai tujuan dari kelompoknya.
Menyadari akan pentingnya peran kepemimpinan dari beberapa definisi kepemimpinan di atas di dalam sebuah usaha untuk mencapai tujuan sebuah organisasi sehingga bisa dikatakan bahwa keberhasilan ataupun kegagalan yang dialami oleh sebagian besar organisasi ditentukan oleh bagaimana kualitas kepemimpinan yang dipunyai oleh pihak yang memimpin organisasi tersebut. Berhasil atau tidaknya sebuah organisasi dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, tergantung kepada berbagai cara yang dilakukan oleh pemimpin untuk memimpin organisasi itu.
C.Fungsi – fungsi kepemimpinan

Tugas pokok kepemimpinan yang berupa mengantarkan, mengelompokkan, memberi petunjuk, mendidik, membimbing an sebagainya, yang secara singkat menggerakkan enam M. agar para bawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi, hanya dapat melaksanakan secara baik bila seorang pemimpin menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.


1. Fungsi Perencanaan

Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat – manfaat tersebut antara lain :

a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaanuntuk memutuskan apa yang akan dilakukan

b. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan – keputusan yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui

c. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.

Perencanaan meliputi dua hal, yaitu :

a. Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.

b. Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kkegiatan – kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan prosedur – prosedur yang diperlukan

Setiap rencana yang baik akan berisi :

a. Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami

b. Penggunaan sumber – sumber enam M secara tepat

c. Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut

2. Fungsi memandang ke depan

Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.

3. Fungsi pengembangan loyalitas

Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

4. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana .

5. Fungsi mengambil keputusan

Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.

Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya dari :

a. Perasaan, firasat atau intuisi

b. Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi fakta-fakta secara rasional – sistematis.

c. Pengalaman baik yang langusng maupun tidak langsung.

d. Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan.

Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin dapat menggunakan metode – metode sebagai berikut :

a. Keputusan – keputusan yang sifatnya sederhana individual artinya secara sendirian.

b. Keputusan – keputusan yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus menerus dapat diserahkan kepada orang – orang yang terlatih khusus untuk itu atau dilakukan dengan menggunakan komputer.

c. Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti menjadi tanggung jawab masyarkat lebih baik diambil secara kelompok atau majelis.

Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab masalahnya menyangkut perhitungan – perhitungan secara teknis agae diambil dengan bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya.

6. Fungsi memberi motivasi

Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajinbekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.

Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi fungsi ini sebaik- baiknya, seorang pemimpin perlu menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman yang telah diberikan kepada mereka.

Menurut William R. Lassey dalam bukunya Dimension of Leadership, menyebutkan dua macam fungsi kepemimpinan, yaitu kepemimpinan, yaitu :

1. Fungsi menjalankan tugas

Fungsi ini harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang tergolong fungsi ini adalah :

a. Kegiatan berinisiatif, antara lain usul pemecahan masalah, menyarankan gagasan – gagasan baru, dan sebagainya.

b. Mencari informasi, antara lain mencari klasifikasi terhadap usul – usul atau saran serta mencari tambahan informasi yang diperlukan.

c. Menyampaikan data atau informasi yang sekiranya ada kaitannya dengan pengalamannya sendiri dalam menghadapi masalah yang serupa.

d. Menyampaikan pendapat atau penilaian atas saran – saran yang diterima.

e. Memeberikan penjelasan dengan contoh – contoh yang lebih dapat mengembangkan pengertian.

f. Menunjukkan kaitan antara berbagai gagasan atau saran-saran dan mencoba mengusulkan rangkuman gagasan atau saran menjadi satu kesatuan.

g. Merangkum gagasan-gagasan yang ada kaitannya satu sama lain menjadi satu dan mengungkapkan kembali gagasan tersebut setelah didiskusikan dalam kelompok.

h. Menguji apakah gagasan-gagasan tersebut dapat dilaksanakan dan menilai keputusan-keputusan yang akan dilaksanakan.

i. Membandingkan keputusan kelompok dengan standar yang telah ditetapkan dan mengukur pelaksanaannya dengan tujuan yangb telah ditetapkan.

j. Menentukan sumber-sumber kesulitan, menyiapkan langkah-langkah selanjutnya yang diperlukan, dan mengatasi rintangan yang dihadapi untuk mencapai kemajuan yang diharapkan.

2. Fungsi pemeliharaan.

Fungsi ini mengusahakan kepuasan, baik bagi pemeliharaan dan pengembangan kelompok untuk kelangsungan hidupnya. Yang termasuk fungsi ini antara lain :

a. Bersikap ramah, hangat dan tanggap terhadap orang lain, mau dan dapat memujiorang lain atau idenya, serta dapat menerima dan menyetujui sumbangan fikiran orang lain.

b. Mengusahakan kepada kelompok, mengusahakan setiap anggota berbicara dengan waktu yang dibatasi, sehingga anggota kelompok lain berkesempatan untuk mendengar.

c. Menentukan penggunaan standar dalam pemilihan isi, prosedur dan penilaian keputusan serta mengingatkan kelompok untuk meniadakan keputusann yang bertentangan dengan pedoman kelompok.

d. Mengikuti keputusan kelompok, menerima ide orang lain, bersikap sebagai pengikut/pendengar sewaktu kelompok sedang berdiskusi dan mengambil keputusan.

e. Menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat dan bertindak sebagai penengah untuk mengkompirmasikan pemecahan masalah.

Disamping kedua pendapat tersebut tentang fungsi kepemimpinan, pendapat lain mengemukakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah memberikan pendapat yang terakhir mengatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah menciptakan struktur untuk pencapaian tujuan, mempertahankan dan mengamankan integritas organisasi dan medamaikan perbedaan yang terjadi dalam kelompok menuju ke arah kesepakatan bersama.
D.TIPE-TIPE
Tipe atau macam kepemimpinan sangatlah unik untuk dibicarakan, karena dari sini kita bisa menelisik lebih jauh tipe kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin. Ada banyak sekali tipe kepemimpinan yang saya sebutkan. Untuk lebih jelasnya simaklah keterangan di bawah ini.


Secara Umum
Secara umum tipe kepemimpinan dapat digolongkan menjadi tipe,yaitu :
a.       Tipe Otoriter
Tipe kepemimpinan yang berpusat pada pekerjaan tanpa menghiraukan kepentingan anggota kelompok sama sekali. Keputusan senantiasa berada ditangan pemimpin, anggota kelompok cederung dijadikan sebagai alat untuk mengekploitir tujuan kelompok semata, sehingga tipe ini mempunyai kekuasaan absolute.
b.      Tipe Laizess Faire
Tipe Laizess faire ini memberikan kebebasan yang terlalu luas bagi anggota kelompok, sehingga kelompok seolah-olah  tidak mempunyai seorang pemimpin, sehingga anggota kelompok cenderung memperlihatkan perilaku agresif yang tinggi.
c.       Tipe Demokratis
Tipe demokratis merupakan pola kepemimpinan yang sama mementingkan tercapainya tujuan kelompok seoptimal ,mungkin dengan mengikuti sertakan seluruh partisipasi anggota, daya dan segenap kemampuan tanggung jawab bersama. Itulah sebabnya ciri utama gaya kepemimpinan ini adalah pendistribusian wewenang dan tanggung jawab pemimpin pada sejumlah anggota, tanpa mengurangi partisipasi dan tanggung jawab terhadap kelompok secara keseluruhan.

Tipe Kepemimpinan Menurut Blake dan Mouton
Blake dan Mouton mengemukakan lima tipe pemimpin, yaitu.

1. Tipe Improverished
Merupakan perilaku kepemimpinan dengan segala tindakannya yang kurang berkualitas baik ditinjau dari segi kerjsamanya dengan anggota kelompok maupun dari segi pencapaian tujuan kelompok itu sendiri. Kepemimpinan seperti ini dapat disebut sebagai kepemimpinan plinplan.
2. Tipe Ujung tombak Kelompok
Kepemimpinan yang menganggap faktor manusia sebagai robot pekerja tujuan kelompok. Ciri-cirinya adalah kejam, mengeksplottir anggota kelompok, tidak manusiawi, menstruktur batas waktu kerja tak terbatas, memberikan sangsi beret terhadap kegagalan dan kelalaian, bertipe hubungan impersonal.
3. Tipe Manusiawi
Merupakan pemimpin yang sangat mementingkan keharmonisan hubungan antar pribadi sesama anggota dan mengesampingkan tujuan utama kelompok. Cirinya adalah sangat menghargai eksis-tensi individu sebagai pribadi bersikap lunak, rumah dan penuh kesopanan, penampilan sebagai manusia (penyayang manusia), rela berkorban demi kepentingan anggota, punya tenggang rasa yang tinggi.
4. Tipe Team Builder
Tipe ini sangat mementingkan tujuan dan keharmonisan hubungan sosial anggota kelompok. Target tujuannya harus tercapai dan hubungan sosial tetap terbina, harmonis dan penuh keakraban. Tipe ini adalah yang paling baik dan tidak perlu disangsikan lagi efektivitasnya, apalagi bila digabungkan dengan pola pendekatan situasional.


5. Tipe The Middle of the Roader
Tipe ini membuat perilaku perimbangan antara tujuan dan hubun­gan sosial anggota kelompok. Keduanya sama dianggap penting dan perlu dicapai secara bersamaan. Tipe ini tidak jauh berbeda dengan gaya kepemimpinan demokratis kalau tidak boleh dikatakan identik.

Tipe kepemimpinan menurut Sahertian
1. Tipe Nomothetic’s
Tipe ini, pemimpin sangat menekankan pada persyaratan institusi yang ada dan konformitas kelakuannay sesuai dengan yang diharapkan. Kalau perlu mengorbankan kepentingan lainnya demi tujuan institusi yang bersangkutan. Pemimpin seperti ini memegang teguh wewenangnya sebagai pemimpin dan kalau perlu memaksakan sangsi yang ekstrinsik sifat-sifatnya.
2.Tipe Ideoghraphis
Tipe ini perhatian pemimpin terhadap individu lebih besar dibandingkan dengan tuntutan organisasi. Wewenangn yang dimiliki oleh pemimpin dilihat sebagai yang didelegasikan dan hubungannya anggota dijalin dengan orientasi terhadap kebutuhan anggota lain.
3.Tipe Transaksional
Merupakan kombinasi antara gaya kepemimpina di atas. Pemimpin menekankan pentingnya tujuan institusi dan pada saat yang bersamaan berharap pula kepribadian tidak akan diperkosa dalam usaha mencapai tujuan tersebut.

Tipe kepepimpinan menurut Max Weber
1.Tipe Kharismatik
Pemimpin diangkat berdasarkan atas suatu kepercayaan bahwa dia dapat memberikan berkat ilmu gaib yang dimilikinya, untuk keselamatan masyarakat. Keberhasilan dan prestasi yang dimilikinya menimbulkan orang lain kagum dan terpesona, sehingga dia dianggap orang yang berilmu gaib. Charisma yang dimiliki oleh pemimpin itu sebenarnya merupakan factor raditas yang dibawa sejak lahir.

2. Tipe Tradisional
Tipe ini, merupakan kepemimpinan yang diterima secara warisan dan dipercayai sepenuhnya oleh masyarakat. Misalnya kepemimpinan dalam masyarakat "keraton Jawa, ninik mamak dalarn masyarakat Minangkabau, ketua marga di Batak, dll. Pemilihan pemimpin pada umumaya tidak mempertimbangkan syarat yang harus dipenuhi sebagaimana layaknya, akan tetapi yang paling penting adalah menjaga kelestarian budaya masyarakat. Mengangkat pemimpin baru menurut alur budaya setempat merupakan suatu bentuk pelanggaran adat istiadat yang pada umumnya orang tidak berani melanggarnya.

3. Tipe Rasional-Legal
Tipe ini, pemimpin yang dipilih berdasarkan pada dua prinsip, yaitu secara rasional dan legal. Rasional, karena pemimpin dipilih berdasarkan kriteria tertentu, misalnya tingkat pendidikan, kecakapan dan pengalaman, serta syarat lainnya.

Tipe Kepemimpinan Menurut Martin Conwav
1. Tipe Crowd-Compeller
Kepemimpinan yang muncul atas panggilan kewajiban. sehingga dengan tanggung jawab moral seseorang menimbulkan sebagai pemegang amanah dan golongan yang tertindas. Misalnya, pejuang kemerdekaan, para kiyai dengan dorongan penyebaran agama dan sejenis lainnya. Oleh karena sifatnya yang menyentuh aspirasi segenap lapisan masa, maka dia sangat ampuh menggerakkan. massa tanpa memperhitungkan akibatnya terlebih dahulu.
2. Tipe Crowd Representative
Pemimpin dipilih oleh golongan  atau  kelompok tertentu yang dijadikan sebagai ketua mereka. Kedudukannya sebagai pemimpin tertinggi dalam kelompoknya,   hanya sepanjang dan  selama didukung oleh golongan atau kelompoknya.
3. Tipe Crowd Exponent
Pemimpin seperti ini pada saat yang tepat dan muncul pada waktu yang sangat diperlukan mampu menggerakkan masa yang sangat hebatnya dan diarahkannya untuk mencapai sasaran dan maksud tertentu. Biasanya pemimpin seperti ini banyak ditemui dalam keadaan posisi terjepit, merasa ditindas dan dirugikan, sehingga semua mereka nekad bertindak sesuai yang diinstruksikan oleh pemimpin mereka. Pemimpin merupakan kunci pembuka hati yang tertekan, tertutup dan tertindas, sehingga bila kunci itu sudah terbuka akan menimbulkan suatu tenaga yang sangat besar dan tangguh.

Tipe-Tipe Pemimpin
Sondang P. Siagian membedakan tipe pemimpin sebagai berikut: 
a)      Tipe Aristokrat;
b)      Tipe Militeristis;
c)      Tipe Paternalistis;
d)     Tipe Kharismatis;
e)      Tipe Demokratis.

a.       Tipe Aristokrat
Seorang pemimpin yang bertipe aristokratis adalah pemimpin yang
  1. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi;
  2. Mengidentikan tujuan pribadi menjadi tujuan organisasi;
  3. Menganggap bawahan sebagai alat semata;
  4. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; .
  5. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya;
  6. Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan ap­proach yang mengandung unsur paksaan dan punishtif (bersifat menghukum).

Sifat-sifat tersebut di atas jelas terlihat, bahwa tipe pemimpin itu kurang tepat untuk suatu organisasi modern, di mana hak-hak manusia itu harus dihormati.

b.      Tipe Militeristis
Tipe seorang pemimpin militeristis berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang yang memiliki sifat:
  1. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan;
  2. Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatan;
  3. Senang kepada formalitas yang berlebihan;
  4. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
  5. Menggemari upacara untuk berbagai keadaan.
Disini juga terlihat, bahwa pemimpin yang bertipe militeristis ini juga merupakan bukan tipe pemimpin ideal.

c.       Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang bertipe patnerlistis adalah seorang yang :
1.      menganggap bawahannya sebagai orang yang belum dewasa
2.      bersikap terlalu melindungi;
3.      jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif;
4.      jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk     mengembangkan daya kreasi dan fantasi;
5.      sering bersikap maha tahu.
Hendaknya diakui, bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin yang bertipe ini sangat diperlukan, tetapi sifat negatifnya mengalahkan sifat positif.

d.      Tipe Kharismatis,
Sampai saat ini para ahli belum berhasil menemukan penyebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma. Namun yang diketahui hanyalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Meskipun para pengikutnya sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin tersebut.
Kurang pengetahuan tentang penyebab yang menjadikan pemimpin kharismatis, sehingga sering hanya dikatakan pemimpin tersebut diberkahi kekuatan gaib (supernatural  power).  Kekayaan,  umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Misalnya Mahatma Gandhi, Iskandar Zulkarnin bukanlah seorang yang mempunyai fisik sehat; John F. Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki kharisma, meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.

e.       Tipe Demokratis,
1.      dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat, bahwa manusia itu adalah makhluk termulia di atas dunia ;
2.      selalu berusaha mensikronisasikan kepentingan dan tujuan or­ganisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari bawahan­nya;
3.      senang menerima saran,  pendapat dan bahkan  kritik dari bawahannya;
4.      selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam usaha mencapai tujuan;
5.      dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar bawahan tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain;
6.      selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses darinya;
7.      berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin (Syahriman Dkk., 1991:105-108).

Kemudian Bogardus (1918) mengajukan empat tipe pemimpin, yaitu:
1.      Tipe Otokratik, adalah orang yang berkuasa dalam organisasi yang kuat;
2.      Tipe Demokratik, adalah yang melambangkan interse dan kelom­pok;
3.      Tipe Eksekutif, adalah yang memperoleh kepemimpinnya, karena segala hal dapat terlaksana;
4.      Tipe cerminan intelektual, adalah yang mendapat kesukaran dalam merebut banyak pengikut.

Berbeda derigan yang disampaikan di atas, ternyata Sanderson dan Nafe (1929) dalam (Syahriman Dkk., 1991:108). mengajukan empat tipe pemimpin, yaitu:
  1. Pemimpin Statis, merupakan orang yang profesional atau cendikiawan yang bermartabat tinggi yang kerjanya mempengaruhi pikiran orang lain;
  2. Pemimpin Eksekutif, melaksanakan kontrol melalui otoritas dan kekuasaan dari posisi yang didudukinya;
  3. Pemimpin Profesional, berfungsi untuk merangsang para pengikutnya untuk mengernbangkan dan menggunakan kemampuannya masing-masing.
  4. Pemimpin Kelompok, bekerja demi kepentingan anggota kelom­pok.

Setelah itu Levine (1949) dalam (Syahriman Dkk., 1991:108) menyebutkan empat tipe pemimpin, yaitu:
1.      Pemimpin Kharismatik, sangat membantu kelompok dalam hal mendapat dukungan dalam pencapaian tujuan bersama;
2.      Pemimpin Organisational, menitik beratkan kepada tindakan yang efektif dan cenderung mendorong anggota kelompok;
3.      Pemimpin Intelektual, biasanya kurang terampil dalam menarik simpati anggota kelompok;
4.      Pemimpin Informal, cenderung ingin menyesuaikan gaya penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kelompok.


C. Teori Kepemimpinan
Konsep teori kepemimpinan dilandasi oleh tiga pendapatyang satu dengan yang lainnya saling berbeda. Pendapat kuno mengatakan bahwa pemimpin itu sebenarnya dilahirkan dan bukan dibentuk oleh sistem sosial masyarakat (the leader were born not made). Kemudian muncul pendapat yang menyanggah bahwa pemimpin itu bukan dilahirkan tetapi sengaja terlahir dari interaksi sistem sosial ditempat di hidup (the leader are made not born). Akhirnya muncul lagi pendekatan ekologis yang menyatakan bahwa munculnya seorang pemimpin karena adanya bakat kepemimpinan yang dibawa semenjak dia lahir dan kemudian bakat tersebut sempat berkembang dalam masyarakat berkat pengalaman dan pendidikan yang sudah ditempuhnya serta sesuai pula dengan tuntutan masyarakat (Syahriman Dkk., 1991:133)
Pendekatan yang mangatakan the leaders were born disebut pendekatan genetis, karena sifatnya diturunkan dari gen orang tua. Pendekatan the leaders are made disebut sebagai pendekatan sosial, karena pemimpin itu lahir dari masyarakat. Pendekatan ekologis yaitu berusaha mensintesiskan dua pendapatan di atas. Pendekatan ekologis ini sering diberi nama dengan pendekatan situasional. Pendekatan situasional mengatakan muncul­nya kepemimpinan seseorang hanya pada situasi tertentu.
Mar'at pakar Psikologi lebih mendistribusikan teori kepemimpinan­nya menurut kategori tertentu, sehingga dapat membedakan antara pendapat dengan lainnya. Pendapat tersebut dijelaskannya secara rinci (Syahriman Dkk., 1991:133) sebagai berikut:


1.      Teori Orang Terkemuka
Inti pokok teori ini, menyebutkan bahwa seorang pemimpin tersebut munculnya karena faktor keturunan yaitu dari gen keturunannya. Pengaruh warisan memang diterima secara biokogis dari orang tuanya. Pengaruh ini telah dikemukakan oleh Wiggams (1931) dalam penelitiannya yang menyatakan perkawinan campuran terjadi antara keturunan kerabat raja dengan golongan orang biasa menghasilkan kelas aristokrasi yang secara biologis berbeda dengan kelas yang lebih rendah. Jadi pemimpin superior sangat bergantung pada keturunannya. Penelitian ini didukungoleh penelitian Galton (1879); Cariile (1841); Woods (1913); Bernard (1926); Bingham (1927) dan Kilbourne (1935) dalam (Syahriman Dkk., 1991:134).

2.      Teori Lingkungan
Kemunculan para pemimpin besar, merupakan hasil dari waktu, tempat dan situasi sesaat. Pernyataan ini merupakan landasan berfikir teori lingkungan. Mumford (1909) menyatakan bahwa lahirnya seorang pemimpin karena kemampuan dan keterampilannya memecahkan masalah sosial sewaktu masyarakat dalam keadaan tertekan oleh perubahan dan adaptasi. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang "inner dan menjadi modal dasar bagi kekuatan sosial yang dimilikinya. Kemudian Scheider (1937) menemukan bahwa jumlah para pemimpin militer di Ingris sebanding dengan banyaknya konflik yang muncul pada bangsa tersebut. Jadi situasi kultural erat kaitannya dengan prestasi seorang pemimpin. Selain itu Murphy (1947) menyatakan bahwa kepemimpinan itu bukan terletak dalam diri seseorang melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa. Teori Lingkungan Mumford (1909) kelihatannya lebih luas dari Scheider dan Murphy (1937, 1941) yang menekankan pada faktor "innate" saja. Namun hal ini bukan beitentangan, tetapi saling melengkapai karena keduanya sama-sania  memberi penekanan khusus pada peristiwa sosial itu sendiri (Syahriman Dkk., 1991:134).

3.      Teori Personal Situasional
Pada dasarnya teori ini ingin memperlihatkan proses interaktif dalam diri seorang "innate" dengan situasi sosial kelompoknya. Para ahli melihat adanya faktor yang terlupakan oleh kedua teori di atas, yaitu efek interaksi antara faktor individu dengan faktor situasi. Jadi, kehendak seorang pemimpin itu, karena kejelian persepsinya terhadap analisis situasi yang membuat dia lebih dari orang lain, sehingga pandangannya itu meberikan pengaruh luas terhadap anggota kelompoknya. Cattel (1951) mengajukan pendapat bahwa ada dua fungsi primer tentang kepemimpinan, yaitu: Pertama, membantu kelompok dalam menemukan arti tujuan yang telah ditetapkan bersama dan Kedua, membantu kelompok dalam menemukan tujuan tersebut. Jelas bahwa kelebihan persepsi pemimpin memberikan nilai yang lebih berarti bagi anggota kelom­pok. Oleh sebab itu, terkadang seorang pemimpin diberi semacam hak istimewa oleh anggota kelompok, sedikitnya menyimpang dari norma kelompok asal, kemudian memberikan manfaat terhadap kelompok (Wahjosumidjo, 1994: 99-107).

4.      Teori Interaksi Harapan
Setiap anggota kelompok memiliki peran-peran tertentu. Struktur peran mencerminkan perbedaan harapan perilaku yang ditampilkannya untuk kepentingan kelompok dan anggotanya. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam kelompok, semakin besar pula perilaku yang diharapkan orang lain terhadap dirinya. Pemimpin merupakan orang yang paling tinggi statusnya dalam kelompok, maka harapan para anggota juga amat besar terhadap dirinya sehingga tingginya harapan inilah yang membedakannya dengan yang lainnya dalam (Syahriman Dkk., 1991:135)..
5.      Teori Humanistik
Teori Humanistik dikemukakan oleh Argyris (1957;1962;1964); Mc-Gregor (1960;1966); Likert (1961; 1967); Black dan Mauton (1964). Mar'at menyatakan, bahwa semua teori tersebut berhubungan de­ngan perkembangan kepemimpinan yang efektif dan kohesif. Secara alamiah manusia merupakan motivated organism. Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi kepemimpinan adalah modifikasi organisasi supaya individu bebas merealisasikan potensi motivasinya dalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok.
Teori Humanistik ini, menjelaskan bahwa martabat tndividu setiagai persona! benar-benar dihargai. Setiap individu niemiiiki motivasi- motivasi tertentu sebagai alasannya vuituk memasuki kelompok. Tujuan kelompok merupakan bagian dari tujuaannya. Untuk itu dia harus dibebaskan tnengenibangkan motivasinya dan oleh sebab itu pemimpin hai-us berusaha menyediakan fasilitas berkembangnya motivasi itu disalurkan ke arah tujuan kelompok. Jadi kelebihan pemimpin disini adalah dalam strateginya memilih saluran yang lebih tepat dan sesuai dengan motivasi para anggotanya sehingga motivasinya tersebut dapat berkembang secara optimal yang tetap menunjang pada tercapainya tujuan kelompok dalam (Syahriman Dkk., 1991:136).

6.      Teori Pertukaran
Interaksi sosial mengentengahkan bentuk pertukaran dan diantara anggota kelompok berlangsung proses saling memberi dan menerima (Mar'at, 1983). Kelanjutan interaksi terjadi karena para anggota mendapatkan pertukaran yang berimbang. Artinya ysng dikeluarkan sebanding dengan yang diperoleh. Dalam akhir tulisannya mengatakan bahwa bila peran harus dimainkan telah diketahui bersama, maka setiap orang dapat memuaskan harapan yang diidamkannya secara merata. Sayang hanya berhenti sampai disana dan belum mengungkapkan cara lahirnya para pemimpin menurut teori ini.
Sebenarnya masyarakat selalu terlibat dalam proses memberi dan menerima (Cost snd reward). Namun dengan cost dan reward saja belum dapat menerangkan munculnya stuktur sosial secara lebih sempurna, misalnya pola pertukaran langsung dalam kelom­pok duaan (dyad). Kemudian Levi Strauss (1969) menjc-laskan bahwa pola pertukaran langsung cenderung menekankan pada keseimbangan atau persamaan dan sering berlarut dengan keterlibatan emosional yang mendalam antara kedua belah pihak (Johnson (1986:57). Teori pertukaran secara langsung belum mampu memperlihatkan siapa pemimpin dari dua orang yang ter­libat dalam transaksi sosial tersebut, karena dihalangi oleh faktor keseimbangan bersama dan peng'aruh emosional.
Memang disini baru dilihat munculnya kepemimpinan itu dari teori pertukaran yang dikembangkan Homans pada tahun 1974. Homans (1974) menjelaskan bahwa orang-orang dalam kelompok bekerja sama menerima social approval (dukungan sosial, yakni reward yang diberikan anggota karena sumbangannya terhadap tujuan kelompok. Orang yang sumbangannya sangat bernilai dan sifatnya jarang diperoleh, akan dibiayai sangat tinggi atau lebih tinggi dari tingkat social approval pada umumnya (Johnson, 1986:69). Orang yang berjasa terhadap kelompok inilah kemudian yang tampil sebagai pimpinan kelompok dalam (Syahriman Dkk., 1991:134-137).

7. Teori Path-Goal
Melengkapi teori-teori yang dikemukakan oleh yang diajukan Mar'at, ada baiknya dicantumkan juga satu teori lagi. Mar'at memang pernah menyinggungnya tetapi hanya dalam empat baris saja dalam (Syahriman Dkk., 1991:138).Pada hal menurut Evans (1970) bahwa teori Path Goal merupakan teori kepemimpinan sendiri pula, sebab banyak ahli lain yang menggolongkannya ke dalam teori yang tergolong "grand" pula. Setelah diamati memang tepat juga digolongkan ke dalam teori interaksi harapan, karena pada dasarnya teori tersebut juga memperlihatkan kelebihan seorang pemimpin itu dari yang lainnya tentang pemilihan cara yang tepat untuk mencapai tujuan, sehingga dia menjadi orangyang diharapkan.
Teori Path Goal menitik beratkan perhatiannya pada cara pemimpin dalam mepengaruhi persepsi Jawabannya yang menyangkut dengan tujuan pekerjaan, tujuan pribadi dan jalan (path) untuk mencapai tujuan tersebut (Soejono Trimo, 1986). Akar teori ini adalah teori ekspektasi (expectancy theory). Orang akan puas dengan hasil pekerjaannya bila membuahkan sesuatu yang berarti bagi dirinya (uang, kedudukan, pangkat, jabatan dan status sosial). Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori pertukaran, karena itu keduanya sangat mengharapkan reward setelah memberikan sejumlah Costtertentu. Bahkan Evans sendiri sebagai pakar Teori Path Goal menyebutkan bahwa kepemimpinan yang efektif melalui dua cara. Pertama, menyediakan sistem reward terhadap bawahannya. Kedua, mengakaitkan sistem reward tersebut dengan tujuan pribadi bawahannya dalam (Syahriman Dkk., 1991:138).
Perbedaan nyata antara teori Path-Goal dengan terori per­tukaran terletak pada penekanan cara (path) daiam mencapai tujuan. Menurut teori ekspektasi ini seorang pemimpin itu adalah orang yang ahli mentabulasikan berbagai cara merain tujuan yang diinginkan. Setiap cara mengandung probabilitas efektivitas ter­hadap tujuan. Pemilihan yang tepat akan membantu kelompok dan para anggotanya daiam marealisasikan kebutuhannya. Hal ini dis-ebabkan karena kelebihan anggota kelompok memilihnya sebagai seorang pemimpin. Tipe kepemimpinan semacam ini lebih cocok diterapkan dalam kelompok-kelomgok tugas, tetapi belum tentu dapat dijamin"berhasil dalam kelompok sosil" dalam (Syahriman Dkk., 1991:138).

8. Teori Traits
Teori ini dikemukakan oleh Barnard, Ordway Tead, Millet, Stogdill, Keith Davis, George Terry. Seandainya diteliti pendapat mereka satu persatu, dapat disimpulkan bahwa diantara mereka sendiri tidak ada kesatuan pendapat tentang ciri yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Untuk melihat kebenaran tentang ketidak sepakatan mereka, ada baiknya dijelaskan berikut ini. Menurut Millet (Wahjosumidjo, 1994: 45) yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah:
1. Kemampuan untuk melihat oragnisasi atau kelompok sebagai satu keseluruhan;
2. Kemampuan dalam mengambil keputusan;
3. Kemampuan untuk melimpahkan atau mendelegasikan wewenang;
4. Kemampuan rnenanamkan kesetiaan terhadap bawahan atau anggota kelompok.


Sementara Barnard berpendapat, bahwa harus ada dua sifat pribadi yang dimiliki oleh seorang pemimpin (Wahjusumidjo, 1994: 46), yaitu:
1.      Sifat pribadi yang meliputi kelebihan fisik, kecakapan, teknologi, daya tanggap, pengetahuan, daya ingat dan imajinasi.
2.      Sifat pribadi yang mempunyai watak lebih subyektif, seperti keunggulan pemimpin dalam hal: keyakinan, ketekunan, daya tahan dan keberanian.

Lain pula yang disampaikar. Davis (1972) bahwa ada em pat faktor yang mengantarkan kesuksesan seseorang dalam memimpin kelom­pok atau organisasi (Wahjosumidjo, 1994: 46), yaitu:
a. Intelligency
Pada umumnya para peneliti menunjukkan hasil penelitiannya bahwa para pemimpin itu mempunyai kecerdasan yang lebih tinggi dari pengikutnya.
b. Social Maturity' and Breadth
Kematangan dan keluasan pandangan sosial. Pada umumnya para pemimpin memiliki kestabilan emosi, keluasan pandangan dan ak-tifitasnya.
c. Inner Motivation and Achievement Drives
Mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi yang datang dari dalam dirinya sendiri.
d. Humaa Relations Attitude
Mempunyai sikap dalam membina relasi sosial. Kesuksesan para pemimpin merupakan sikapnya yang menghargai martabat para pengikutnya serta kemampuan beretnpati dengan mereka.
Ketiga pendapat di atas menyatakan bahwa memang rupanya tidak terdapat kesepakatan dikalangan para ahli teori kepemimpinan. Namun yang penting adalah bahwa asumsi dasar teori ini bertitik tolak dari keberhasilan seseorang dalam memimpin kelom-pok tergantung kepada sifat yang dimilikinya, baik sifat dasar maupun sifat yang dikembangkannya dalarn bentuk prosocial be­havior. Pendapat ini tidak begitu banyak lagi dipakai saat ini, karena hasil penelitian yang dilakukan oleh Byrd (1940) tehadap 20 sifat kepemimpinan. Tidak satupun diantaranj-a yang menunjukkan bahwa salah satu sifat tersebut selalu ada pada setiap pemimpin yangditelitinya. Penelitian Jenkins juga mendukungnya yang men-gatakan bahwa "no single trait or group of characteristics has been isolated which sets off the leader from the members of the group" dalam (Syahriman Dkk., 1991:140).
Kelemahan yang dimiliki teori ini adalah:
a.       Teori sifat tidak memiliki standar }'ang baku. sehingga suiit bagi peneliti dalam memformulasikan indikator penelitiannya yang diakui tingkat validitasnya.
b.      Lebih cenderung bersifat deskriptif dan kurang analisis, sehingga bentuk penelitiannya pun lebih cenderung pada bentuk penelitian kualitatif deskriptif.
c.       Ternyata tidak semua sifat itu terdapat pada setiap pemimpin yang dianggap paling efektif.
d.      Sulit mencari alat ukur yang valid untuk mengetahui batasan kriteria dari masing-masing sifat. Misalnya ukuran keyakinan, ketekunan dan keberanian seseorang.
Hal yang tidak dapat dipungkiri adalah kharisma seseorang, tingkat kecerdasan dan dorongan dari dalam diri seseorang merupakan sumbangannya yang sangat berharga bagi perkembangan teori kepemimpinan sampai sekarang.

9. Teori Kepemimpinan Situasionl
Teori situasioaal ini berasumsi bahwa sukses tidaknya.kepemimpinan seseorang tergantung pada situasi yang mendukungnya. Oleh sebab itu banyak faktor yang memainkan peranan, agar seseorang bisa sukses dalam karir kepemirnpinannya. Filley dan House (Wahjosumidjo, 1994:99-107) rnenyimpulkan bahwa ada 12 faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memimpin, yaitu:
a. Sejarah organisasi;
b. Lamanya masa jabatan pemimpin;
c. Umur jabatan pemimpin yang sekarang dan pengalaman pada masa lalu;
d. Masyarakat tempat organisasi itu berada;
e. Persyaratan khusus dari kerja kelompok yang dipimpin;.
f. Suasana psikologis kelompok yang dipimpinnya;
g. Jenis pekerjaan yang dipegang oleh pemimpin;
h. Tingkat kerja sama anggota yang diperlukan;
i. Ukuran kelompok yang dipimpin;
j. Kultur harapan bawahan;
k. Kepribadian anggota kelompok;
1. Waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan.
Ada hubungan antara teori kepemimpinan situasional dengan teori kepemimpinan behavior. Menurut SoejonoTrimo (1986: 41-46) para behaviorist telah memperoleh sejumlah variabel yang dapat mempengaruhi perilaku dan perfoman pemimpin dalam melaksanakan peranannya. Masalah yang muncul adalah variabel-variabel manakah diantara variabel tersebut yang paling menentukan keberhasilan seorang pemimpin, serta gaya kepemimpinan yang manakah yang cocok dipakai dalam situasi itu. Kedua masalah itu berkaitan dengari statemen Edgar H. Schein yaitu: setiap pemimpin atau manajer itu haruslah seorang ahli diagnostik dan sekaligus berjiwa peneliti. Oleh sebab itu dituntut pula tingkat kedewasaan dalam memimpin. Tingkat kedewasaan ini maksudnya ada dua yaitu pertama, tingkat kedewasaan tekhnis yaitu kematangan dalam bekerja; kedua, tingkat kedewasaan psikologis mencakup rasa percaya diri sendiri dan harga diri pemimpin bersangkutan dalam (Syahriman Dkk., 1991:141)..
Bila dihubungkan kedua belas faktor yang mempengaruhi pola kepemimpinan seseorang di atas (filley dan house) dengan konsep kematangan tadi (maturity levels) maka paling tidak ada tiga hal pokok yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin, yaitu:
a.        Kemampuan menganalisis situasi, baik situasi kelompok maupun situasi sosialnya;
b.       Kemampuan menyesuaiakan diri dengan sikap yang dimiliki oleh setiap individu anggota kelompok serta harapannya;
c.        Kemampuan menyelaraskan perkembangan kelompok sesuai de­ngan irama perkembangan situasi sosial yang lebih luas dan kornpleks.

10 Terori Perilaku Kepemimpinan
Inti teori ini dalam batas-batas tertentu inner personality seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam mengembangkan kebiasaan perilakunya yang dapat mengoptimalkan pengaruhnya terhadap orang lain dalam (Syahriman Dkk., 1991:141). Setiap inner personality individu tersebut merupakan potensi dasar yang dapat dikembangkan seoptimal mungkin dengan cara menerapkannya melalui latihan “mempengaruhi orang lain” secara kontinue. Setiap perilaku pemimpin mempunya kualitas pegnaruh yang berbeda terhdap bawahan atau anggota kelompoknya.

Tujuh perilaku kepemimpinan
1.      Perilaku pemimpin otoritas adalah merupakan segala keputusan berada di tangan pemimin dan para anggota kelompok hanya sebagai penerima saja.
2.      Perilaku pemimpin sedikit memberikan tenggan rasa dalam mengambil keputusan, tetapi final keputusan tetap berada ditangannya. Perkataan lain, suara anggota kelompok sedikit sudah mendapat perhatian.
3.      Dalam tipe ketiga ini, perilaklu pemimpin sudah agak membuka diri denga membentangkan gagasan dan para anggota diberi kesempatan untuk menanggapinya.
4.      Tipe keempat merupakan perilaku yang berada ekstrin kiri dan kanan. Keputusan pemimin sudah bersifat tentative dan bisa mengalami perubahan atas saran dari anggota kelompok.
5.      Tipe kelima pemimpin mengajukan berbagai masalah yang sedang dihadapi sehingga dia memberikan dorongan terhadap bawahan untuk sama-sama memikirkannya.
6.      Pemimpin sudah memberikan batasan keputusan yang patut diambilnya dan disamping itu kelompok secara nyata turut mempunyai andil dalam keputusan kelompok teresebut.
7.      pemimpin mendelegasikan terhadap para bawahannya yang superior dalam mengambil keputusan kelompok. Jadi dalam tipe ekstrim kanan ini pemimpin seolah-olah hanya sebagai simbol saja, segala keputusan berada ditangan orang yang dipercayai dalam (Syahriman Dkk., 1991:143).

Tingkatan kepemimpinan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Kategori Top Kelompok, ketua dan wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Dikatakan top Kelompok adalah karena keempat jenis peranan inilah yang dianggap paling berpengaruh dalam melaksanakan kegiatan kelompok. Golongan ini biasa juga disebut sebagai pengurus inti dalam perkumpulan social masyarkat.
2.      Kategori orang kebanyakan tetapi mampu mengambil inisiatif. Dalam istilah managemen kategori orang yang seperti ini disebut lower management atau operasional management yang biasanya ditunjuk ketua pelaksana pekerja dilapangan.
3.      Follower yaitu pengikut biasa. Kategori ini merupakan para anggota kelompok biasa dan mereka inilah yang sebenarnya orang yang dipimpin dan digerakan untuk didaya gunakan.

D. Studi-studi Kepemirnpinan
Pembahasan selanjutnva lebih dititik beratkan pada studi kepemimpinan yang pernah dilakukan. Ada 8 (delapan) studi kepemimpinan yang akan dijelaskan dalam tulisan ini.

1. Studi Kepemimpinan /OU'A
Studi ini dilakukan pada tahun 1930 oleh Ronald Lippit dan Ralph K. White di bawah bimbingan Kuit Lewin salah seorang ahli teori Cognitif di Universitas IOWA. Para ahli kemudian lebih mengenal Kurt Lewin .sebagai bapak "Dinamika Kelompok" disamping ahli teori "psikologi kognitif.
Mereka ingin melihat produktivitas kelompok melalui tiga tipe kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis_dan laissez faire. Ketiga gaya kepemimpinan ini diterapkan dalam kelompok anak yang berumur sekitar 10 tahun. Hasil penelitiannva menunjukkan (Syahriman Dkk., 1991:147), bahwa:
a.       Pemimpin Otoriter, ternyata tidak memperoleh paitipasi dari anggota kelompok. karena dia menuntut perhatian anggota yang teiialu besar, sementara dia sendiri tidak memberikan perhatian terhadap kelompok. Perilaku anggota kelompok terpola menjadi dua bagian, yaitu agi-esif, apatis, sehingga cenderung menim-bulkan reaksi frustasi yang melanda anggota kelompok.

b.      Pemimpin Demokratis, lebih cenderung berdiskusi dengan anggota kelompok dalam mengambil keputusannya. pemimpin berusaha lebih bersikap objektif mau merierima pujian serta tidak menolak bila dikritik-dan suasana ini merupakan salah satu bentuk spirit dari kelompok. Sedangkan perbedaan antara democracies leader dengan autocratics leader ditunjukkan sebagai 'The democaraticallyled group fell between the one extremely aggresive group and the four aphatic groups under the autocratic leaders".

c.       Kepemimpinan Laisezz faire, memberi kebebasan luas terhadap kelompok yang secara esensial kelihatan sebagai kelompok yang tidak mempunyai kepemimpinan. Dalam kelompok yang diteliti, tipe kepemimpinan sepeiti ini menghasilkan tindakan agresif paling besar dari kelompok (the laisezz faire leadership climate actually produced the greatest number of ag­gresive acts from the group).

2. Studi Kepemimpinan IOWA State
Studi ini diiakukan oleh Biro Penelitian Universitas IOWA State, yang staf ahlinya terdiri dari ahli: psikologi, sosiologi dan ekonpmi. Mereka menganalisis kepemimpinan dari berbagai kelom­pok dengan situasi yang berbeda, melalui kuisioner. Premis penelitiannya berbunyi: tak satupun definisi kepemimpinan yang memuaskan (no satisfactory definition of leadership existed). Mereka menolak pendapatyang mengatakan bahwa jenis kepemim­pinan tertentu adalah tepat digunakan untuk kelompok teilentu. Mereka mengakui apapun gaya kepemimpinan, adalah ingin meiihat efektif atau tidaknya suatu gaya kepemimpinan (Syahriman Dkk., 1991:148).
Dari kuisioner LBDQ (leader behavior description quistioner.) yang disebarkan, diperoleh keterangan bahwa terdapat dua dimensi perilaku kepemimpinan, yaitu consideration dan initiating structure. Kedua faktor ini diperoleh dari berbagai penelitian dan posisi kepemimpinan. Selain itu menemui adanya dua dimensi perilaku kepemimpinan juga menyebutkan bahwa kedua bentuk dimensi itu adalah saiing terpisah dan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya (Syahriman Dkk., 1991:148). Hasil empiris mem-buktikan bahwa premis dan hipotesis yang mereka rumuskan ter­nyata ditolak.

D.FUNGSI MANAJEMEN DALAM KEPEMIMPINAN
Manajemen adalah bagian integral dari kepemimpinan. Sesungguhnya, dapatlah dikatakan bahwa manajemen tidak bisa dipisahkan dari kepemimpinan, dan sebaliknya. Dalam kaitan ini, berbicara tentang manajemen berarti berbicara tentang kepemimpinan, karena pada saat pemimpin melaksanakan upaya memimpin, ia memanejemeni.  Penjelasan ini berhubungan dengan uraian terdahulu di mana telah dibentangkan tentang makna, sejarah dan unsur manajemen. Uraian kali ini akan membahas pokok tentang hubungan kepemimpinan dengan manajemen atau “tempat manajemen dalam kepemimpinan,” sebagai upaya untuk menegaskan mekanisme integral dari kepemimpinan dan manajemen seperti yang telah tekankan di atas. Dalam upaya memperjelas mekanisme keterhubungan dimaksud, di sini akan diulas tujuh hal penting seputar hubungan manajemen dan kepemimpinan, yaitu antara lain: 1. Tempat manajemen dalam kepemimpinan; 2. Pemimpin dan manajemen; 3. Manajer dan manajemen; 4. Administrator dan manajemen dalam kepemimpinan; 5. Bawahan dan manajemen; 6. Manajemen dalam organisasi; dan 7. Manajemen dan upaya memimpin. Selamat berkelana!
1.       TEMPAT MANAJEMEN DALAM KEPEMIMPINAN. Manajemen seperti telah disinggung sebelumnya adalah fungsi umum kepemimpinan. Sebagai fungsi umum, manajemen menjelaskan mengenai aspek substansial dan praksis kepemimpinan, yang berhubungan dengan pelaksanaan kepemimpinan secara nyata atau aktual. Dalam kaitan ini, manajemen dapat disebut sebagai seni kepemimpinan. Sebagai seni kepemimpinan, ada tujuh aspek dalam manajemen yang berhubungan langsung dengan kepemimpinan secara praksis, yaitu antara lain:
a.       Manajemen adalah seni bekerja sama
b.      Manajemen adalah seni pemenuhan kebutuhan
c.       Manajemen adalah seni penggalangan
d.      Manajemen adalah seni mempengaruhi
e.      Manajemen adalah seni menyampaikan perintah atau komunikasi
f.        Manajemen adalah seni membuat masa depan organisasi
g.       Manajemen adalah seni mendayagunakan sumber-sumber
Menegaskan hubungan kepemimpinan dan manajemen ini, dapatlah dikatakan bahwa kepemimpinan dalam kaitan ini mewadahkan manajemen, dan manajemen adalah pembuktian bagi aktualisasi pelaksanaan kepemimpinan, atau praksis kepemimpinan dari tujuh aspek seperti yang telah disinggung di atas. Dengan ini dapatlah dikatakan bahwa manajemen membutikan bahwa kepemimpinan sedang terlaksana, karena kepemimpinan hanya berjalan dengan adanya pelaksanaan manajemen.
2.       PEMIMPIN DAN MANAJEMEN. Hubungan pemimpin dan manajemen dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, Dari perspektif posisi tugas, seorang pemimpin puncak (top leader) dapat disebut sebagai manajer puncak, atau manajer eksekutif (executive manager). Penyebutan seperti ini menjelaskan tentang peran pemimpin sebagai seorang manajer puncak, yang tidak berarti bahwa pemimpin ada pada posisi manajerial. Kedua, Dari perspektif hubungan pelaksanaan kepemimpinan, telah dikatakan bahwa pemimpin tatkala melaksanakan upaya memimpin sesungguhnya ia sedang melaksanakan tindakan memanejemeni. Dalam perspektif kepemimpinan ini tatkala pemimpin memanajemeni, ia sedang melaksanakan “seni bekerja sama, seni pemenuhan kebutuhan, seni merangkum, seni mempengaruhi, seni memerintah, seni membuat peta keinginan masa depan organisasi, dan seni menggunakan sumber-sumber” yang dibuktikan dengan melaksanakan upaya memimpin (actuating). Upaya memimpin ini adalah bukti adanya kepemimpinan yang sedang telaksana.
3.       MANAJER DAN MANAJEMEN. Manajer dalam hubungan dengan menajemen menjelaskan tentang substansi tugas yang ada padanya. Pada satu sisi, manajer ada pada posisi tugas pelaksana kepemimpinan dengan membantu pemimpin memimpin pekerjaan yang bersifat departemenal. Di sini manajer adalah kepala atau pemimpin suatu departemen atau unit kerja dalam suatu organisasi. Pada sisi yang bersifat lebih substansial, manajemen adalah tugas seorang manajer yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas kepemimpinan pada aras manajerial. Tentu tatkala melaksanakan tugasnya, manajer memanejemeni, tetapi perbedaannya, ialah bahwa ia memanejemeni tugasnya atas nama pemimpin yang mendelegasikan tugas manajerial kepadanya.
4.       ADMINISTRATOR DAN MANAJEMEN DALAM KEPEMIMPINAN. Administrator yang telah dijelaskan sebagai pelaksana tugas-tugas khusus kepemimpinan adalah ujung tombak dari tugas manajemen. Sebagai ujung tombak kepemimpinan, administrator adalah pelaksana tugas kepemimpinan pada aras operasional. Dalam hubungan  penyebutan posisi tugas dan peran administrator, hal ini tergantung pada besar kecilnya organisasi dimana kepemimpinan dijalankan. Apabila organisasinya besar, administrator dapat disebut sebagai manajer lapangan, dan sebaliknya bila organisasinya kecil, administrator dapat menjadi pelaksana tugas langsung, baik sebagai sekretaris atau tugas lapangan yang lainnya.
5.       BAWAHAN DAN MANAJEMEN. Bawahan dan para bawahan adalah pelaksana tugas yang ditempatkan pada unit kerja yang dipimpin oleh seorang administrator atau manajer tugas yang menyentuh pekerjaan secara langsung di lapangan. Dalam hubungan dengan manajemen, para bawahan akan selalu ditempatkan pada suatu unit tugas,yang menyetuh pekerjaan secara langsung. Sifat pekerjaan langsung ini dapat berupa tugas dasar, tugas utama mau pun tugas pendukung.
6.       MANAJEMEN DALAM ORGANISASI. Dalam hubungan dengan organisasi, manajemen adalah istilah yang sering identik atau idiom dengan kepemimpinan. Misalnya tatkala orang menyebut manajemen sewaktu menjelaskan kata “manajemen dari organisasi ini atau itu” sesungguhnya ia menunjuk kepada kepemimpinan dari organisasi atau pun sistem kepemimpinan dalam suatu organisasi.
7.       MANAJEMEN DALAM UPAYA MEMIMPIN. Pemimpin dalam menerapkan manajemen menyentuh upaya memimpin seperti yang telah disinggung di atas. Dengan demikian, hubungan pemimpin dalam memanejemeni kepemimpinan akan sangat terlihat dalam upaya memimpin yang menyentuh bidang berikut:
a.    Pemimpin memastikan bahwa ia mengkoordinir kepemimpinan dengan menggerakkan unsur SDM dan mengelola semua sumber menggerakkan semua kompenen untuk terlibat dalam kerja secara sinergis dan simultan.
b.    Pemimpin memastikan bahwa ia mendasarkan semua upaya memimpin di atas suatu perencanaan strategis yang lengkap.
c.     Pemimpin harus memastikan adanya pengorganisasian tugas dan penempatan SDM yang tepat bagi semua tugas yang dibuktikan dengan adanya delegasi dan penugasan yang benar dan baik. Dalam hubungan ini, pemimpin harus memastikan bahwa semua unsur pendukung tersedia dan dapat digunakan dalam upaya memimpin. Pemimpin di sini juga harus memastikan adanya komunikasi yang jelas dan lancar dalam seluruh sistem organisasinya.
d.    Pemimpin harus memimpin dengan menggerakkan semua komponen SDM terlibat dalam pelaksanaan yang bergerak kerja secara sinergis dan simutan ke arah produktivitas optimal (pencapaian hasil kerja optimal) dengan menggunakan strategi dan taktik yang andal.
e.    Pemimpin harus memastikan pelaksanaan kerja dengan melaksanakan supervisi atau pengawasan dan evalusi untuk refinesasi kerja dalam kepemimpinan guna memperlancar upaya memimpin yang ditanganinya secara bersinambung ke arah pencapaian tujuan organisasi.




Komentar

  1. mantappp kang lanjutkan atuh

    BalasHapus

  2. 1Untuk Menikmati Permainan Poker Online seperti Asli hanya bersama kami di KEBUNPOKER.COM..
    100 % menggunakan Uang Asli
    100% Tanpa BOOT!!
    100% Player VS Player
    1000 % Berapapun Kemenangan Anda Semua PASTI Akan Kami Bayar...
    Di dukung oleh Server Terbaik Untuk Mendukung Kelancaran Permainan,,,SUDAH TERBUKTI !!!!
    PENDAFTARAN >> http://kebunpkr99.pkr69.com/

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBAGIAN TUGAS KELAS

a.     Ketua kelas, adapan tugas-tugasnya, sebagai berikut : 1)    Membawahi bidang-bidang yang ada pada organisasi kelas. 2)    Merencanakan dan menyusun serta memutuskan segala kebijaksanaan yang akan ditetapkan untuk dilaksanakan setiap bidang. 3)    Memimpin dan mengkoordinir setiap rapat pertemuan dan melaporkannya kepada wali kelas. 4)    Menetapkan kebijakan dan mengambil keputusan berdasarkan hasil

Mengunjungi situs Sejarah Candi Agung sambil menikmati kulener khas Amuntai

Ikon Kota Amuntai Nuansa Alam yang sejuk  yang banyak digenangi Air karena sebagian daerahnya berupa rawa di tambah dengan masyarakatnya yang ramah dan agamis, itulah sedikit gambaran tentang kota kecil yang hampir  berada di ujung Ibu kota Kalimantan selatan “Amuntai”

Riwayat hidup KH.M. Janawi

foto saya ambil dari FB cucu beliau disini Tulisan ini saya buat ke blog ini untuk mengenang jasa beliau dalam syiar agama islam Khususnya di Haur Gading dan Amuntai, selain itu tulisan ini saya harapkan mampu menggugah hati kita untuk menteladani sifat, dan sikap beliau sebagai Ulama yang banyak bergerak dibidang dakwah demi tersebarnya ajaran Agama Islam. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna karena kurang nya bahan yang saya dapat, namun saya akan terus berupaya menyempurnakan dengan menanyakan lanngsung ke sumber Aslinya yaitu Anak dan Cucu beliau. Dan kepada pembaca sekalian saya harapkan apabila ada kesalahan dalam tuliasn ini sudilah kiranya memberikan masukan kepada saya untuk memperbaikinya. Nama asal Jinawi Bin Duhamid (Abdul Hamid) lahhir pada 3 mei 1922 didesa jingah bujur. Bagian dari kampung Haur Gading distrik Amuntai Orang tua laki-laki bernama Duhamid alias Abdul Hamid Bin Khadir kelahiran Haur Gading  sebagai seorang sebagia seorang petani, ternak itik, ay...